Makassar, Rakyat News – Sangat wajar jika pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) selalu jadi sasaran “pembegal demokrasi”. Betapa tidak, duet yang dikenal komitmen, tegas dan merakyat ini selalu diperhitungkan di semua hasil survei. Baik lembaga survei yang dipesan rivalnya, maupun lembaga yang punya kredibilitas tak diragukan, pasangan Punggawa Macakka ini selalu bercokol antara posisi pertama dan kedua. Padahal, duet ini justru belum massif melakukan sosialisasi. Bandingkan dengan rivalnya, seperti NA-ASS dan NH-Aziz yang sudah jor-joran melakukan sosialisasi, termasuk aktif berkunjung ke daerah-daerah, maupun setiap saat mengganti alat peraganya, serta intens memunculkan iklan di sejumlah media. NH-Aziz misalnya, sejak tahun lalu sudah sibuk ke daerah, baik untuk sosialisasi pencalonannya, maupun menyolidkan kekuatan partai yang dikendalikannya sekarang. Begitu pun hampir setiap hari, memesan iklan satu halaman di koran yang punya oplah tinggi. Duet yang mengklaim dirinya pasangan nasionalis-relegius, tercatat sebagai kandidat yang paling aktif melakukan kegiatan dengan melibatkan ribuan orang. Termasuk untuk atribut peraganya yang massif terpasang. Sementara NA-ASS, sejak resmi maju berpasangan, keduanya juga tak mau kalah dengan pergerakan NH-Aziz. NA maupun ASS aktif roadshow ke kabupaten/kota. Apalagi mereka menggunakan helikopter guna mempermudah perjalanannya. Tercatat, baik NH-Aziz maupun NA-ASS, sebagian besar kabupaten/kota sudah dikunjunginya untuk sosialisasi, maupun melakukan konsolidasi dengan tim dan relawannya. Bagaimana dengan IYL-Cakka, duet ini tergolong sebagai pasangan yang paling minim melakukan sosialisasi. Termasuk untuk atribut peraganya, masih bisa dihitung jari di sejumlah daerah. Catatan penulis, pasangan yang sama-sama punya pengalaman sebagai bupati dua daerah, baru sebagian kecil daerah yang dikunjungi. Itupun kebanyakan untuk urusan kemanusiaan. Bahkan selama satu bulan terakhir, IYL kebanyakan di Makassar, khususnya fokus menyelesaikan ujian promosi doktornya, serta tanggung jawabnya sebagai ketua PMI Sulsel. Begitu juga Cakka, pasca mendaftar di KPU, memilih fokus mengurus pemerintahan di Luwu. Hanya sesekali ke kabupaten tetangga, seperti Luwu Utara. Itupun dalam rangka tugas pemerintahan. Fakta lain belum massifnya IYL-Cakka sosialisasi, juga terekam di perjalanan keduanya ke daerah. Semenjak resmi berpasangan, baru sekitar tiga kali jalan bersama. Seperti saat berkunjung ke Kajang Bulukumba, menghadiri undangan warga di Labbakkang di Pangkep, menghadiri hari relawan PMI di Enrekang yang kemudian dilanjutkan peresmian rumah kita di Wajo. Setelah itu menghadiri puncak lovely Desember di Tana Toraja, sebelum tampil bersama mendaftar di KPU Sulsel 10 Januari 2018. Meski masih minim sosialisasi ke daerah, tapi duet ini tergolong sebagai pasangan yang paling mesra. Baik kala bersantai bersama, maupun di acara resmi terkait tahapan pilgub, keduanya kompak datang bersamaan. Juru Bicara IYL-Cakka, Henny Handayani mengakui, jika pasangan yang diusung koalisi rakyat plus dukungan parpol itu memang belum massif bergerak ke daerah. Termasuk tim dan relawan, juga fokus melakukan pengawalan verifikasi berkas perseorangan. “Pak IYL selama ini disibukkan juga dengan penelitian penyusunan disertasinya, termasuk mengikuti ujian pra promosi, serta persiapan promosi doktor. Begitu juga Pak Cakka, beliau masih fokus mengurus pemerintahan,” ujar Henny, Minggu (4/2/2018). Lalu kapan duet yang punya julukan “Mister Komitmen” itu menggencarkan sosialisasi? Henny menuturkan jika agendanya setelah penetapan di KPU Sulsel bulan ini. “Setelah penetapan, baik Pak IYL maupun Pak Cakka akan melakukan road show ke kabupaten/kota. Apalagi setelah itu, Pak Cakka sudah cuti sebagai bupati. Begitu pun Pak Ichsan, non aktif sementara sebagai ketua PMI Sulsel,” paparnya. Kendati jika dibandingkan kandidat lainnya, IYL-Cakka masih minim sosialisasi, namun pasangan ini justru selalu diperhitungkan di sejumlah hasil survei. Ada yang menempatkannya di posisi teratas, dan sebagian memposisikannya di urutan kedua. Pertanyaannya, jika belum massif saja sosialisasi sudah terekam di potret survei, maka bagaimana nantinya bila gencar menggalang dukungan warga? Sebab dengan waktu yang masih tergolong lama untuk tahapan sosialisasi, pemilih bisa mengenal lebih dekat pasangan ini. Pengamat sosiologi dari UIN Alauddin, Muhammad Ridha mengurai, trend elektabilitas pasangan ini menunjukkan angka kenaikan. Jika ini terus terjaga, maka diprediksi bisa memenangkan pertarungan. “Kalau trend kenaikannya terjaga, maka memungkinkan elektabilitas keduanya berada dikisaran 39%. Malah bisa lebih lagi. Apalagi NA-ASS, trend surveinya mengalami penurunan dibanding survei sebelumnya,” pungkas Ridha. Sekadar diketahui, berbagai analisis politik, baik dari lembaga survei maupun pengamat komunikasi, menyebut jika IYL-Cakka sangat matang dalam berpolitik. Termasuk ahli meracik strategi. Di samping itu, keduanya punya basis grassroot yang bisa dijadikan modal sekaligus pembeda dengan kandidat lain. Itu terbukti, IYL-Cakka mampu mengumpulkan dukungan KTP sekitar 1,6 juta. Hitungannya, bila dukungan itu dipelihara dengan baik, maka sisa beberapa dukungan lagi diamankan, IYL-Cakka bakal terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Sulsel. (*)