Terlebih lagi, Ujang menyatakan bahwa melawan kotak kosong dapat menimbulkan preseden buruk, sehingga mungkin strateginya diarahkan untuk melawan calon independen.

“Melawan kotak kosong itu akan menjadi preseden buruk. Misalkan, masyarakat akan banyak mengkritik. Masyarakat akan mengecap negatif. Kan itu yang sedang sekarang skemanya dihindari untuk melawan kotak kosong tapi dialihkan kepada melawan calon independen yang juga lemah,” ujarnya.

Oleh karena itu, Ujang berpendapat bahwa kemungkinan calon independen saat ini adalah calon yang sudah direncanakan atau disiapkan sebelumnya.

Ia juga menyinggung tentang Pilkada Kota Solo tahun 2020 yang dimenangkan oleh pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.

Diketahui, Gibran-Teguh berhasil meraih kemenangan mudah mengalahkan calon independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo, dengan perolehan suara 225.451 melawan 35.055.

“Bisa (disiapkan), seperti di Solo kan waktu Gibran kan disiapkan seperti itu, seolah-olah ada dari kalangan bawah yang muncul padahal disiapkan. Di Jakarta mungkin-mungkin saja. Di politik kan semua serba mungkin, mungkin disiapkan, mungkin juga tidak. Semua skenario itu kan di belakang layar,” kata Ujang.