“Kami bersyukur masih ada pihak-pihak yang peduli dan turun langsung melihat kondisi, syukur kami bertambah sebab bantuan-bantuan mendesak yang kami perlukan juga kami terima,” katanya.

Terkait dengan bencana kebakaran, Appi menerangkan bahwa sepatutnya wilayah padat penduduk yang aksesnya berupa lorong sempit harus menyiapkan Fire Hydrant.

Appi beralasan, dalam kondisi mendesak warga memerlukan alat yang bisa langsung digunakan sebagai pertolongan pertama sebelum armada pemadam kebakaran tiba di lokasi.

“Kondisi pemukiman begini perlu pertologan pertama berupa Hydrant tapi nyatanya tak demikian. Sebab kalau mengandalkan pemadam kebakaran akan telat, aksesnya juga pasti bakal kesulitan,” paparnya.

Sebelumnya si Jago Merah mengamuk di Jl Kandea 2 Lorong 118 (belakang pekuburan Arab), Kelurahan Bontoala Tua, Kecamatan Bontoala, Makassar Kamis (25/1), sekitar pukul 02.30 Wita.

Belasan rumah dilalap hingga hangus. Akibatnya, 22 KK dengan 81 jiwa kehilangan tempat tinggal. Api diduga bermula dari rumah Dg Rohani.

Saat warga sudah terlelap, api menjalar dan dengan cepat dari satu rumah ke rumah lainnya.

Kobaran api baru bisa dipadamkan setelah 14 armada milik Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar tiba dilokasi.(*)