Banyak Pendukung NA-ASS Beralih Dukungan, Wajar Jika Survei IYL-Cakka Terus Melejit
Makassar, Rakyat News – Kendati pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) baru memulai pergerakan sosialisasinya ke daerah, namun tren elektabilitasnya justru semakin menanjak.
Hasil riset terbaru, Lembaga Indo Survey Startegy (ISS), pasangan nomor urut 4 ini mengantongi elektabilitas 24,3 persen. Atau mengungguli tiga rivalnya, yakni Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz), 20,1 persen, Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (NA-ASS) 18 persen, dan Agus Arifin Numang dan Tanribali Lamo 8,9 persen.
Menanggapi hal itu, Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Priyanto menilai, hal ini memang besar kemungkinan akan terus terjadi. Pasalnya ada beberapa elite partai politik, yang sekalipun partainya sudah menentukan pilihan, namun lebih memilih mendukung kandidat jalur perseorangan, yakni IYL-Cakka.
Menurutnya, kerja elite personal Parpol cenderung lebih efektif dari mesin koalisi parpol. Bahkan dalam kerja-kerja politik di lapangan, mereka lebih terukur dan terarah. Artinya apa yang menjadi target utamanya sampai ke masyarakat.
“Kerja-kerja mesin koalisi partai dalam mengusung kandidat bisa dilewati oleh pergerakan elit personal partai yang mendukung kandidat jalur perseorangan,” kata Luhur, Senin (5/3/2018).
Untuk diketahui, selain dukungan tokoh dan koalisi rakyat, beberapa pentolan pengurus dan kader partai pengusung NA-ASS, maupun NH-Aziz, memilih mendukung IYL-Cakka.
Bukan hanya itu, sejumlah eks pendukung NA di Bantaeng, juga kini mengalihkan dukungan ke pasangan “Mister Komitmen” tersebut. Bahkan, beberapa keluarga dekat NA, juga tak mau ketinggalan memberi dukungan ke IYL-Cakka.
Sebelumnya, sejumlah akademisi juga memuji pola pendekatan yang dilakukan IYL-Cakka. Selain terukur, duet tersebut mampu menyatukan sejumlah tokoh di kabupaten/kota. Itu menandakan, bahwa pasangan ini diterima semua kalangan.
Kendati demikian, Luhur tetap mengingatkan kandidat yang diunggulkan di lembaga survei agar tidak terlena. Mengingat, pemilih mengambang masih tergolong tinggi.
Menurut dia, sepertinya perlu penjelasan lebih lanjut dari data survey ini. Di luar perubahan komposisi urutan kandidat yang memang tentu bisa berubah, sepertinya ada anomali dengan hasil survey ini. Anomali itu kata dia, ada kesan swing voters atau suara mengambang lebih tinggi. (*)
Tinggalkan Balasan