Pihaknya mengatakan dukungan terhadap dirinya untuk kembali memimpin partai berlambang pohon beringin itu merata.

“Alhamdulillah dukungan sudah merata dan sudah paripurna,” ucap Airlangga di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Ahad, 23 Juni 2024.

Posisi Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar telah sempat tergoyang sejak pertengahan tahun sebelumnya karena dinilai gagal membawa partai meraih dukungan untuk Pilpres 2024.

Airlangga sebelumnya diminta untuk menjadi calon presiden dari Golkar, namun dianggap tidak mampu untuk mencalonkan diri dalam Pilpres 2024.

Ketegangan dalam kepemimpinan Airlangga semakin terasa setelah namanya terseret dalam kasus korupsi minyak goreng yang sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung.

Desakan untuk mengundurkan diri mulai muncul, termasuk dari tiga organisasi pendiri Golkar, yaitu Kosgoro 1957, MKGR, dan SOKSI.

Langkah ini mencuat dalam sebuah konferensi pers yang dipimpin oleh Lawrence T.P. Siburian, Wakil Ketua Umum Depinas SOKSI, di Jakarta pada 12 Juli 2023.

“Pak Airlangga tidak apa-apa di kementerian. Memimpin sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, tetapi Partai Golkar diserahkan kepada yang lebih mampu untuk menjaga dan mempertahankan paling tidak meningkatkan suara dari 14 persen naik,” ujar Lawrence, dikutip dari Antara.

Saat itu, Lawrence menyampaikan bahwa Airlangga harus meninggalkan jabatan Ketua Umum untuk kepentingan partai. Meskipun Airlangga berhasil memimpin sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, namun dianggap tidak mampu membawa Golkar lebih maju.

Seorang tokoh Golkar yang turut berupaya mengambil alih posisi Airlangga adalah Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Bahlil secara terbuka mengungkapkan keinginannya untuk memimpin Golkar setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.

Bahlil memastikan bahwa setiap kader Golkar yang melayani partai dapat menjadi calon Ketua Umum melalui mekanisme partai yang sah.