Merespon itu, Wakil Ketua Umum BPP KKLR Abdul Talib Mustafa mengatakan, pernyataan Ketua KKLR Sulsel harus diletakkan pada konteks kepentingan Luwu Raya yang lebih luas.

“Saya membaca pernyataan-pernyataan tentang mundurnya MF dari DPR RI dan majunya dia di Pilkada Lutra, adalah hal yang berbeda karena perbedaan posisi para komentator,” kata Talib di Makassar, Minggu (06/10).

Menurutnya, karena yang memulai pernyaraan ini adalah Ketua KKLR Sulsel, maka sejatinya juga harus dilihat dalam konteks kepentingan KKLR, bukan kepentingan yang lain.

“KKLR berkepentingan terhadap anggota DPR RI dari Dapil 3, lebih khusus lagi suaranya berbasis di daerah Luwu Raya. Selama ini KKLR adalah lembaga yang paling banyak mendiskusikan dan mencatat isu-isu Luwu Raya yang berkaitan dengan otoritas pemerintah pusat dan DPR RI,” jelasnya.

Karena itu, lanjut Talib, harapan-harapan yang ditumpukan ke anggota DPR RI dari daerah pemilihan Luwu Raya juga sangat besar.

“Akhirnya ini menjadi seperti teori bercinta, semakin besar rasa cinta, juga semakin besar rasa kekesalan jika terjadi pembalikan. Seperti dua sisi mata uang,” ujar Talib.

Kata pegiat koperasi dan UMKM itu, KKLR menaruh harapan besar kepada anggota DPR RI terpilih, yang dipilih oleh masyarakat Luwu Raya, namun harapan itu tercampakkan.

“Di sinilah pokok masalahnya. Tidak sedikit blasteran yang pernah dan sedang ikut Pilkada, dan KKLR tidak pernah menyoal. Ada Sam Sumastono, ada Indah Putri, ada Triono. Tapi KKLR tidak mempersoalkan itu,” terang Talib.

“Tapi kali ini beda, karena posisi anggota DPR RI Pak Muhammad Fauzi itu yang dipilih oleh warga Luwu Raya. Kalau dia dipilih oleh saudara kita dari Toraja, Torut, Pinrang, Enrekang, atau Sidrap, tentu KKLR juga malu dan tahu diri untuk tidak memberi komentar,” pungkas Talib.