“Saya pikir pecah kongsi itu kan soal proyek, bagi-bagi kue. Komitmen saya dan NH bukan di situ. NH jadi gubernur tidak untuk memperkaya diri, karena Allah SWT sudah berikan rejeki yang cukup untuk itu. Kemudian terkait kekuasaan, NH sudah jadi ketua harian Golkar. Komitmen kami adalah apa yang terbaik bisa diberikan ke masyarakat dan kami sudah ada kontrak politik terkait itu sebelum deklarasi,” ujar Aziz.

Lebih jauh, Aziz mengakui jika selama ini hal yang disampaikan NH di hadapan publik sudah mewakili dirinya. Terlebih NH-Aziz selama ini memproklamirkan diri sebagai pasangan ideal sebab mampu mengurusi dunia dan akhirat dari masyarakat Sulsel.

“Sebenarnya kalau pakai bahasa simbol pendiri bangsa, di sana katakan bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Pembangunan jiwa yang paling signifikan adalah dengan agama. Kita tidak mau bahwa ideologi kita yang Pancasila jelas-jelas dalam sila pertama keTuhanan yang Maha Esa, kemudian pembangunan kita sekularistik dan dalam urusan pembangunan negara tidak ada mengatur bagaimana memajukan kehidupan beragama,” terangnya.

Aziz menambahkan perjalanan dirinya hingga berpasangan dengan NH cukup panjang. Butuh waktu 6 bulan dalam proses penjajakan untuk menyepakati banyak hal. NH bahkan mengistilahkan pasangannya sebagai dwitunggal. Hanya saja tidak mungkin ada dua gubernur dalam satu wilayah.

“Saya wakil saja dulu. Nanti jadi gubernur tergantung proses saja. Yang jelas saya sudah senang berpasangan dengan NH karena idealisme saya semua tercantum dalam program kami. Kami sudah ada kontrak dan urusan kami sudah di bawah ke publik. Itu akan menjadi jaminan kami,” pungkasnya. (**)