Makassar, Rakyat News – Prestasi kinerja menjadi salah satu jualan positif bagi calon gubernur yang memiliki pengalaman kepemimpinan di pemerintahan. Pencapaian yang terukur dengan data statistik, patut menjadi referensi buat melakukan komparasi yang obyektif.

Kontestasi Pilgub Sulsel 2018 menempatkan dua dari empat cagub yang teruji berpengalaman mengemban amanah sebagai kepala daerah. Yakni Ichsan Yasin Limpo sebagai Bupati Gowa periode 2005-2010 dan 2010-2015, serta Nurdin Abdullah sebagai Bupati Bantaeng periode 2008-2013 dan 2013-2018.

Beragam prestasi dipersembahkan IYL dan NA dalam mengemban amanah sebagai kepala daerah. Badan Pusat Statistik (BPS) secara periodik, menguraikan pencapaian kinerja secara detail di berbagai aspek pembangunan.

Indeks pembangunan manusia (IPM) antara lain menjadi aspek penting sebagai indikator mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat/penduduk. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sektor lainnya.

Secara global, IPM acapkali digunakan dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Di Indonesia, IPM merupakan
data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga
digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Kurun waktu pengabdian 2010 hingga 2015 menjadi kompetisi luar biasa dua cagub berpengalaman, IYL dan NA, dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada daerah yang dipimpinnya.

2010, IPM Kabupaten Gowa mencapai 63,83 persen berbanding IPM Kabupaten Bantaeng sekira 62,46 persen. Secara berurut hingga tahun 2015, porsentase pencapaian IPM Kabupaten Gowa terdata unggul dibanding
pencapaian Kabupaten Bantaeng.

2012, IPM Bantaeng mencapai 63,07 persen atau berada di bawah Gowa sekira 64,42 persen. IPM dua daerah ini meningkat pada 2012, 2013, 2014, hingga menembus angka 66 persen pada 2015.

Kepala Bidang perencanaan makro dan kerjasama Wilayah Bappeda
Sulsel, Amin Rusli, mengatakan data BPS menjadi rujukan bagi Pemerintah
Provinsi Sulsel maupun pemerintah pusat. Menurutnya, IPM merupakan data
makro dimana tidak dibenarkan adanya OPD melakukan pendataan lain.

“Karena IPM adalah data makro, maka datanya tidak bisa dibuat dan
direkayasa oleh dinas terkait, baik provinsi maupun kabupaten kota. Acuan
tunggal adalah data BPS,” ujar Ishak.

Dijelaskan Ishak bahwa data IPM menjadi penting bagi setiap daerah,
karena dari data tersebut dapat diketahui seberapa besar efektivitas program
pemerintah dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

“Misalnya realisasi program pertanian, seperti apa bantuan dari pemerintah dan bagaimana dampak yang dihasilkan di masyarakat,” paparnya.

Hal yang sama disebutkan pada sektor perekonomian dan pembangunan. Menurutnya, IPM menjadi ukuran menilai keberhasilan beberapa program pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota dapat menyentuh kebutuhan masyarakat. “Termasuk kesehatan dan pendidikan, dari program pemerintah itu berdampak dengan kondisi di masyarakat,” tutupnya.

Berdasar data tersebut, bisa disimpulkan jika Gowa lebih baik dibanding Bantaeng. Padahal dari segi wilayah, luas Gowa sekira empat kali lipat dibanding Bantaeng yang wilayahnya tergolong kecil.

Seharusnya, NA yang sering klaim dan pamer keberhasilan dan prestasi mestinya lebih baik dari Gowa. Sebab selain wilayahnya kecil, juga jumlah penduduknya sangat sedikit dibanding Gowa. Tapi faktanya, Bantaeng tertinggal dari Gowa. (*)

YouTube player