Sementara itu, survei Indeks Politica Indonesia (IPI) yang dilakukan pada awal Agustus 2024 mengungkapkan bahwa elektabilitas Andi Sudirman mencapai 46%, jauh mengungguli pesaing terdekatnya, Ilham Arief Sirajuddin, yang hanya memperoleh 19%.

Tingkat popularitas dan akseptabilitas Andi Sudirman juga menunjukkan angka yang sangat tinggi, dengan popularitas mencapai 81% dan akseptabilitas 78,9% menurut survei IPI. Dalam simulasi head-to-head dua pasangan calon yang dilakukan IPI, Andi Sudirman dan pasangannya, Fatmawati Rusdi, memperoleh elektabilitas 59,4%, mengukuhkan posisi mereka sebagai pasangan terkuat di Pilgub Sulsel mendatang.

*Kelebihan Andi Sudirman-Fatma*

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Tamma, mengatakan kekuatan pasangan Andi Sudirman-Fatma dalam konstelasi politik Sulsel.

“Saat ini, pasangan ASS-Fatma terlihat menjadi salah satu yang paling diperhitungkan. Seolah-olah hanya ada dua atau tiga pasangan yang menjadi pusat perhatian masyarakat, dan pasangan ini salah satunya,” ujar Sukri.

Ia menambahkan, Andi Sudirman Sulaiman, meskipun bukan kader partai, memiliki rekam jejak sebagai gubernur. Sebelumnya juga pernah menjabat sebagai wakil gubernur.

“Andi Sudirman menggantikan Pak Nurdin Abdullah sebagai gubernur dan dalam masa jabatannya. Meski ada beberapa kontroversi, kita tidak bisa menutup mata terhadap sejumlah keberhasilan yang dicapainya,” kata Sukri.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas ini, juga menyoroti kekuatan pasangan ini yang terletak pada dukungan dari tokoh-tokoh besar di belakang mereka.

“Andi Sudirman Sulaiman memiliki hubungan yang dekat dengan Prabowo Subianto. Sementara itu, Fatmawati memiliki koneksi yang kuat, selain itu, Fatmawati adalah politisi berpengaruh yang berhasil membawa NasDem meraih kemenangan signifikan di Sulsel,” jelasnya.

Dalam konteks geopolitik, Sukri mencatat bahwa ASS-Fatma memiliki basis dukungan yang kuat di Bosowa dan Ajattappareng. Namun, ia menambahkan, wilayah Selatan dan Utara Sulsel mungkin menjadi “pekerjaan rumah” bagi pasangan ini, dalam menggalang dukungan yang lebih luas.