Lewat kepemimpinan Ichsan, Gowa kini jauh lebih merdeka. Merdeka, karena tak ada lagi istilah pungutan satu rupiah pun ke orang tua siswa. Merdeka, karena kaya dan miskin semua bisa menikmati pendidikan yang benar-benar gratis.

Merdeka, karena rakyatnya juga benar-benar menikmati kesehatan gratis. Merdeka, karena rakyatnya merasa terlindungi. Tak ada kecemasan tanah dan haknya dirampas oleh konglomerat. Sebab siapapun itu yang ingin membeli tanah di wilayah Gowa, harus memiliki KTP Gowa. Bukan surat keterangan sementara.

Berkat kepemimpinan Ichsan pula, mini market yang menjamur di daerah lain, tetap bisa terkontrol di Gowa. Ada pembatasan di setiap kelurahan. Dan itu dilakukan, agar roda usaha menengah ke bawah yang dijalankan rakyat, tetap bisa berjalan dan bersaing.

Pembeda lainnya yang dimiliki IYL, tentu saja soal komitmennya menjalankan pemerintahan bersih atau bebas dari penyalahgunaan. Selama 10 tahun memimpin Gowa, ia berhasil membawa kabupaten yang wilayahnya sekitar lima kali lipat luasnya dibanding Bantaeng ini, mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) lima kali berturut-turut. Dan ini satu-satunya kabupaten di Sulsel.

Bukan hanya itu saja, berkat kegigihan memimpin dan melayani rakyat, Ichsan pernah membawa Gowa sebagai kabupaten pemerintahan terbaik kedua se-Indonesia. Dan lagi-lagi ini pertama untuk kabupaten di Sulsel.

Keberpihakan lainnya ke rakyat adalah penegasan ke siapapun investor yang menanamkan modal atau investasinya di Gowa. Syarat wajibnya, tenaga kerja atau karyawan yang direkrut harus memprioritaskan putra-putri daerah. Begitu juga untuk sektor lain yang di catatan ini tak sempat diurai.

Pembeda lainnya yang penulis rasakan, adalah kedisiplinan Ichsan. Bukan hanya “Mister Komitmen” yang layak untuk disandangnya. Tapi julukan “Mister On Time” patut juga disematkan. Ia bukan tipikal pejabat pengguna “jam karet”.