4. Kami juga perlu menghimbau agar pemilih memilih atas dasar prinsip meritokrasi, yakni memilih atas dasar kinerja atau rekam jejak calon, bukan karena alasan politik keberadaan atau iming-iming politik uang, intimidasi dan tekanan.

5. Soal adanya isu yang disebarkan bahwa Prof. NA akan susah maju karena tidak mendapat dukungan partai politik. Maka kami berpendapat bahwa setiap partai politik tentu ingin menang dalam pilkada. Karena itu mereka akan mendukung calon yang mendapat dukungan luas dari pemilih. Dan metode untuk mengetahui aspirasi dukungan pemilih adalah dengan membaca hasil survei. Partai politik modern pasti akan mengusung calon yang memiliki hasil survei tinggi dan berpeluang menang dalam pilkada, selain mendukung calon yang telah terbukti kinerjanya memajukan daerah. Kami bertanya balik “Apa iya, tidak ada satu parpolpun yang mau mencalonkan Prof. NA, sementara semua lembaga survei menempatkannya di posisi terbatas?” Yang pasti, kami yakin parpol akan memerhatikan elektabilitas, integritas dan kapasitas calon.

6. Dari sisi kami di relawan Barisan Muda NA, ketika partai belum memutuskan, maka tugas kami sebagai relawan yang akan terus menyebarkan berita berita positif terkait Prof. NA dan pencapaian nya selama di Bantaeng. Kita yakin hasil survei ini bisa mendorong kelompok relawan lain untuk makin semangat meningkatkan keterkenalan Prof. NA ke masyarakat Sulsel. Jadi hasil survey ini tidak membuat kami terlena dan over confidence, sebaliknya kami semakin semangat dan bekerja untukk mengawal NA-TBL. (rls)